Kamis, 22 September 2016

Kehilangan


Siang itu, hari sabtu menjelang idul Adha yang jatuh pada hari senin, aku harus merelakan benda yang teramat aku sayangi. Benda yang selalu menemani ku dari bangun tidur sampai tidur lagi. Sudah satu tahun lebih dia bersama ku. Tapi, siang itu tiba-tiba dia hilang tanpa jejak. Raib ditelan bumi. Ooooh God, kenapa ini harus  terjadi pada ku?(pertanyan klasik ketika sesuatu tak menyenangkan terjadi). Kamu sudah tahu kan benda apa yang ku maksud? Yup, benda tersebut adalah handphone alias HP. Jeng jeng jeng….. Aku harus menerima kenyataan bahwa sekarang dia sudah tak bersama ku lagi.
      Kejadiannya sabtu siang, dalam perjalanan pulang ke rumah. Seperti biasa, menggunakan transportasi umum, angkutan umum alias angkot tepatnya. Aku duduk di ujung belakang, di jok yang lebih pendek. Aku menikmati perjalanan ditemani panas mentari yang menyengat menembus kaca angkot ini. Angkot semakin penuh, sesak. Aku pun semakin terdesak. Diam. Tak berkutik. Kala itu, aku masih sempat memegang HP, entah itu sekedar melihat time line di sosmed atau membalas chat-chat yang masuk.
     Tempat tujuan sudah semakin dekat, aku pun mengamankan HP ke dalam saku jaket di sebelah kanan. “kiriiiiii” teriak ku, seketika mamang supir angkot memberhentikan kemudinya. Aku pun dengan susah payah berjalan melewati penumpang lain untuk bisa turun dari angkot. Puiiih, akhirnya nyampe juga. Dengan penuh semangat, aku mendorong pagar rumah, membuka pintu. Sudah ada ibu yang menyambut dengan senyum nya yang hangat. Setelah mencium tangannya, aku pun bergegas menuju kamar. Ku rebahkan tubuh ini di hamparan kasur nan empuk.
     Beberapa menit berlalu, aku pun beranjak dari kasur empuk tersebut. Ku keluarkan barang-barang yang ada dalam tas. Barang-barang di jaket pun aku keluarkan. Seketika aku sadar kalau HP yang aku simpan di saku jaket telah tiada. Ooooh Tuhan, dimanakah dia berada?. Aku ciba mengecek kembali, barang kali terselip, tapi hasilnya tetap sama. HP itu telah tiada. Aku tidak menemukannya. Aku hanya bisa termenung memutar ulang kejadian di angkot. Seingat ku, HP sudah tersimpan aman di saku jaket sebelah kanan. Dan saku jaket nya juga lumayan dalam, sehingga kemungkinan HP nya jatuh minim sekali. Kalaupun diambil orang, bukankah aku duduk paling ujung? Dan HP ada di sebelah kanan saku jaket, padahal ga ada orang di  sebelah kanan ku. Ah, entahlah. Diambil orang atau jatuh, aku pun tak tahu mana yang sebenarnya menimpa HP ku. Yang jelas, HP ku kini telah tiada
     Aku harus merelakannya. Padahal lewat HP itu, aku dapat mengakses informasi yang lalu lalang. Foto-foto dan rekaman wawancara dengan informan untuk penelitan pun ada di sana. Ah, entahlah, akan seperti apa ke depannya? Untungnya, rekaman wawancaranya sudah di transkrip, hanya foto-fotonya saja yang tak terselamatkan. Ah,harusnya aku menggandakan data-data penting ini. Mungkin, aku harus belajar untuk tidak tergantung pada benda yang satu ini.
     Ngenes, nyesek, ah pokonya campur aduk lah rasanya. Untuk beberapa menit, aku hanya bisa termenung merenungkan kejadian yang telah terjadi. Ya Allah, ampuni lah dosa-dosa hamba. Mungkin, karena aku belum sanggup untuk kurban domba atau sapi, jadi kali ini HP lah yang dikurbankan. Walaupun entahlah jatuh di tangan siapa HP ku tersayang. Sepertinya aku terlalu sering lalai dan mengabaikan orang-orang di sekitar ku. Bukankah selalu ada hikmah dari setiap kejadian  yang kita alami? Ya, walaupun aku masih belum mengetahui dan merasakan hikmah dari tiadanya HP itu. Tapi, aku percaya bahwa selalu ada alasan terbaik kenapa hal itu terjadi pada kita. Dan semoga esok lusa, aku bisa menerimanya dengan lebih lapang.
I believe it.


Selasa, 02 Agustus 2016

Pengirim dan penerima


“waro dong waro”
“yah, gue dikacangin”
“kesel deh, ga ada yang ngeread. Sekalinya ada yang ngeread, eh ga di balas”


Beberapa kalimat inilah yang akan muncul dalam benak mu atau bahkan terucap oleh lisan mu ketika pesan yang kamu kirim tak mendapatkan respon dari teman-teman mu. Bener ga? Bener lah ya, bener. Bener ajalah ya, biar cepet..

Semakin canggihnya teknologi, semakin memudahkan manusia dalam segala urusannya. Begitupun dengan komunikasi. Dengan adanya berbagai media social yang ada, memudahkan orang-orang dalam berkomunikasi di dunia maya. Sebut saja line, bbm dan juga whats up yang telah menggeser posisi sms yang dulunya sempet nghits abees. Banyak orang yang sudah meninggalkan sms dan beralih ke akun media social. Sehingga, mereka saling mengirim pesan lewat akun media social tersebut. Ada beberapa keuntungan dengan menggunakan line, bbm ataupun whats up. Dengan menggunakan  layanan tersebut, kita tak hanya dapat berkirim pesan dengan satu orang tapi juga dengan beberapa orang sekaligus, yaitu dengan memanfaatkan multiple chat atau dengan membentuk grup chat.

Dengan menggunakan multiple chat atau grup chat, komunikasi dengan beberapa orang terasa lebih efisien. Karena kita tidak harus menghubungi atau mengirimkan pesan satu persatu ke orang yang dituju. Cukup dengan membuat grup chat atau multiple chat yang beranggotakan orang-orang yang hendak kita kirimi pesan yang sama. Voila, komunikasi akan lebih efektif dan efisien. Kamu tinggal menulis pesan mu di multiple chat dan orang-orang yang tergabung dalam multiple chat dapat membacanya juga memberikan respon terhadap pesan yang kamu kirim. 

Multiple chat ini biasa digunakan untuk berdiskusi dengan dua orang atau lebih, baik untuk mendiskusikan tugas,  rapat, atau merencanakan seseuatu. Sayangnya, terkadang  tidak semua anggota multiple chat memberikan respon yang cepat dan baik. Adakalanya, pesan yang membutuhkan fast respon tidak di baca sama sekali oleh anggota multiple chat, bahkan ada juga yang pesannya dibaca, tapi tak kunjung dibalas.  Hal ini tentu menguras emosi si pengirim pesan. Apalagi jika kepentingannya memang untuk kepentingan bersama, dan tidak ada respon yang baik, sang pengirim pesan bakal sering-sering ngelus dada. Bagaimana tidak? dia mengirim pesan untuk berdiskusi  agar dapat diputuskan secara bersama keputusan baiknya seperti apa, tapi tak ada feedback yang didapat. Ngenes juga kan..

Memang, kita tidak tahu alasan pastinya kenapa hal itu terjadi. Bisa saja orang yang tergabung dalam multiple chat tersebut merupakan orang yang super duper sibuk, sehingga tak ada waktu untuk turut merespon pesan yang ada. Atau mungkin orang tersebut  sedang tidak dapat mengakses multiple chat, dikarenakan hp nya dalam keadaan  mati atau juga paket internet nya yang sedang tidak aktif. Entahlah, Banyak kemungkinan yang terjadi. So, bagi si pengirim pesan harap maklum dengna berbagai kemungkinan yang ada. Bak itu negatif atau positif. Be positive thinking aja deh, biar hidup kalian ga ngebatin.

Dan bagi kalian sang penerima pesan, cobalah untuk meluangkan waktu sebentar saja untuk membaca dan membalas pesannya. Coba bayangkan posisi kalian sebagai si pengirim pesan. Tentu, kalian juga mengharapkan respon yang cepat dan baik kan. So, usahakan untuk membaca dan membalasnya jika memang ada waktu. Tapi, jika memang keadaanya tidak memungkinkan, ya mau bagaimana lagi. Itu sih lain soal.

Intinya, sang pengirim dan penerima pesan harus saling mengerti akan keadaannya masing-masing. Pengirim pesan harus mengerti tak semua kondisi sang  penerima pesan itu sama. Adakalanya mereka disudutkan dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk membalas pesan. Dan sebagai penerima pesan juga harus mengerti  bahwa sang pengirim pesan selalu mengharapkan respon yang cepat dan baik, apalagi dalam keadaan genting.

So, bijaklah dalam berkomunikasi di dunia maya ini.





Sabtu, 19 Maret 2016

Croc’s: Sandal sejuta umat
       Kalian tahu dong sepatu atau sandal yang lagi naik daun belakangan ini. Hmm, sebenarnya ga belakangan ini banget sih. Tapi, belakang nya belakang gitu deh.
*apaan sih? Aah entahlah, abaikan saja si belakang itu*
Ok, balik lagi ke sepatu atau sandal yang udah jadi kebutuhan yang tak bisa ditinggalkan. Jadi, sekitar 3 tahunan yang lalu, brand sepatu atau sandal ini sudah tak asing lagi di telinga para pengguna  alas kaki. Gambar buaya selalu ditemukan di setiap label produknya. Yups, perusahaan sepatu atau sandal ini mengusung gambar buaya sebagai lambang brandnya. Tau lah brand apa yang aku maksud di sini. Produk yang dihasilkan sangatlah beragam, mulai dari  sepatu atau sandal untuk perempuan, laki-laki, dan juga anak-anak.  Kurang lebih seperti inilah penampakannya

       Pada tahun 2012, sepatu dengan penampakan di bawah merupakan sepatu yang lagi ngetrend banget di dunia persepatuan dan persandalan. 

Entahlah, ini sepatu atau sandal. Yang jelas, ini dipakai untuk melindungi kaki kita dari kasarnya aspal jalanan, beceknya jalanan yang telah diguyur hujan,  dan hal-hal lain yang membahayakan, seperti paku, batu tajam ,bahkan si doi. Hahaha. *abaikan benda terakhir yang disebut. Ya, mereka memang harusnya diabaikan. Move on dong move on. Aaahh, lagi-lagi salah fokus
       Ok, balik lagi ke pembahasan soal sepatu atau sandal hasil karya George B. Boedecker, yaitu sepatu atau sandal CROCS. Crocs berasal dari Colorado (Negeri Paman Sam) yang berdiri sejak tahun 2002.  Pada awalnya, Crocs ini didesain untuk  kebutuhan sepatu di spa.  Sepatu yang dibutuhkan di spa merupakan sepatu yang nyaman, dan aman alias ga licin, dan tentunya desain yang sederhana.  Berawal dari desain sepatu spa inilah, George kemudian membuat desain-desain baru sehingga Crocs bisa cukup keren untuk dipakai sehari-hari. Bentuk crocs yang sederhana ini terinspirasi dari klompen atau sepatu khas belanda yang biasa digunakan oleh pekerja pabrik, tambang, dan tani sebagai perlindungan. Prinsip inilah yang dipegang oleh George dalam menciptakan sepatu yang aman dan nyaman.
      Banyak juga yang salah kaprah saat mengucapkan brand ini. Alih-alih menyebut crocs dengan benar, lidah mereka terpeleset, dan akhirnya kata cros lah yang terucap. Ah, ya sudahlah. Maksud mereka siih  crocs alias cros. Bagi mereka hal ini sama saja. Dengan desainnya yang sederhana, sepatu atau sandal crocs ini banyak diminati oleh penggemar sepatu atau sandal. Beberapa produknya juga terbuat dari karet sehingga jika terkena air mudah untuk kering. Harga produk dari crocs ini kisaran ratusan ribu rupiah, mulai dari 150.000 untuk yang paling  murah. Produk crocs dengan berbagai kelebihannya dan tentunya uang berlebih yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan produk tersebut, menyebabkan adanya produk replica alias KW yang harganya tentu lebih murah, dan kualitas di bawah produk yang asli. Sehingga, tak heran jika harga crocs asli bisa mencapai ratusan ribu, maka crocs kw bisa lebih menghemat isi dompetmu. Dengan harga 35.000 saja kamu dapat memiliki salah satu produk dari brand berlogo buaya seperti di bawah ini.

       Saking banyaknya yang pakai produk crocs, khususnya para cewe-cewe,  produk crocs sekarang telah menjadi sandal sejuta umat alias sandal yang banyak dipakai oleh orang-orang. Coba deh kali-kali perhatiin alas kaki seperti apa yang dipakai cewe-cewe abg dan dewasa. Kalian akan mendapati pemandangan kaki cewe-cewe ini dibalut dengan produk crocs ini. Hal ini ditemui di berbagai ruang publik, seperti kampus, tempat wisata, pusat perbelanjaan, dan ruang publik lainnya. Dan kalau kamu salah satu pengguna sandal crocs ini, kamu akan menemui sandal yang sama dengan sandal yang kamu punya. Entah itu modelnya yang sama, nomor ukuran yang sama, warna yang sama atau juga sama persis segala-galanya. Hahaha. Untuk kasus sandal yang sama segala-segalanya, atau cuman beda nomor ukurang nya doang, yang jelas jika kamu pakai sandal sejuta umat ini siap-siaplah untuk hal terburuk, yaitu sandal yang tertukar. Tapi, separah-parahnya ketuker, tenang aja, ga akan sampe ketuker sama yag beda model ko. Hahaha. Ya, paling-paling yang asalnya ukuran sepatu kecil tiba-tiba jadi gede, atau juga sebaliknya. Kalau ga gitu, paling ketuker sama sandal yang beda warna, tentu dengan model yang sama ya. Tau-tau sandal kamu yang asalnya warna ungu tua berubah jadi biru dongker. Asalnya biru dongker, tiba-tiba jadi warna hitam. Hahaha. Maklumlah namanya juga sandal sejuta umat. Tapi, ya diambil hikmahnya saja. Dengan sandal yang tertukar ini, kamu jadi ga usah beli sepatu baru. Tertukarnya sandal akan memberikan warna baru untuk kakimu. Dan, kamu tak usah beli crocs baru, kan warna atau ukurannya udah berubah. walaupun begitu, tetep ga enak sih, karena   tingkat kenyamanannya berkurang. But, keep calm. Dan tunggu untuk sesi pertukaran yang lain. Siapa tahu nemu yang cocok….




Senin, 08 Februari 2016


Sekilas tentang Novel Hujan
Judul Buku                  : Hujan
Penulis                         : Tere Liye
Banyak halaman          : 320 halaman
Penerbit                       : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit                 : Januari 2016

     Novel terbaru Tere Liye sudah terpajang di toko-toko buku. Hujan, judul terbaru novelnya. Tak kalah mengagumkan dari novel-novel sebelumnya. Novel tere liye memang selalu tampil memukau para penikmat novel, khususnya para penggemar novelnya. Entahlah, akhir-akhir ini judul yang dipakai untuk novelnya selalu terdiri dari satu kata. Tak percaya? Baiklah ini merupakan deretan judul novelnya yang hanya satu kata
Pulang, rindu, bumi, bulan….

       Novel hujan yang bau-baru ini telah tersebar di berbagai toko buku di Indonesia, tentu telah menyedot perhatian lebih dari penikmat novel dan penggemar karya tere liye ini. Di beberapa toko buku tak mau melewatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan. Mereka memesan buku dengan jumlah eksemplar yang banyak, mengingat antusias massa yang akan banyak mencari-cari karya ini.
Novel yang diberi judul “Hujan” ini  mengisahkan tentang persahabatan, cinta, perpisahan, melupakan dan tetnang hujan. Kisah ini dimulai di ruangan terapi syaraf. Di ruangan terebut terdapat seorang paramedis dengan seorang pasiennya bernama lail. Lail datang ke tempat ini untuk melupakan hujan. Lail pun masuk ke dalam ruangan untuk memulai terapi nya. Ia mulai bercerita tentang kehidupannya. Disinilah awal cerita itu dimulai. Lail memulai ceritanya dengan cerita di tahun 2042. Tahun dimana bencana alam dahsyat terjadi di muka bumi, dan hanya menyisakan 10 persen penduduk bumi. Tahun dimana ia kehilangan ibu dan ayahnya. Tahun dimana ia mengenal seorang anak laki-laki yang terpaut dua tahun lebih tua darinya yang nantinya amat berarti dalam hidupnya.
  Tahun 2042, penduduk bumi sudah menikmati kemutakhiran teknologi. Tak ada lagi jam konvensional, tapi digantikan dengna peranti model terbaru  berukuran 2x3 cm yang ditanam di lengan. tinggal goyangkan lengan mu, maka layar itu akan menyala. Sangat praktis dan banyak hal yang dapat dilakukan oleh layar sentuh tersebut.  Peranti tersebut dapat berfungsi sebagai jam, alat komunikasi, juga alat pembayaran.  Pada tahun itu pula, telah lahir penduduk bumi yang ke 10 miliyar.  Hal ini tentu menjadi perbincangan hangat. Kelahiran bayi yang ke 10 miliyar ini adalah berita buruk bagi seorang professor yang sedang diwawancarai pembawa acara berita. Ia menyebutkan umat manusia ini sejtinya sama seperti virus. Mereka berkembang biak dengan cepat, menyedot sumber daya hingga habis, kemudian tidak ada yang tersisa. Mereka rakus sekali. Wabah penyakit atau perang sekalipun tak pernah berhasil menghentikan umat manusia. Yang bisa menghancurkan manusia itu adalah obat paling keras. Dan itu adalah kekuatan alam. Sehebat apapun manusia, Tapi mereka sebenarnya lemah ketika berhadapan dengan alam.  Dan itu adalah bencana alam yang sangat mengerikan dan tak terelakkan.
       Bencana alam yang dahsyat itu akhirnya terjadi, meluluhlantahkan yang ada di bumi. Membuat hidup Lail berubah. Ingin tahu kelanjutannya? Bagaimana kelangsungan hidup penduduk bumi? Yuu baca yuuu novel Tere Liye yang terbaru, HUJAN.  
Novel ini akan membawa mu ke zaman teknologi yang mutakhir. Tahun 2050, dengan berbagai fasilitas mesin yang menawan. Mobil terbang, penghapus memori, dan berbagai peralatan modern lainnya yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Novel ini juga sekaligus mengingatkanmu akan keserakahan manusia yang akan menghancurkan manusia itu sendiri. Ketegaran menerima takdir buruk yang dibalas dengan persembahan terbaik yang bisa dilakukan untuk kebermanfaatan bagi sesama. Dan, tentang kenangan yang ingin dihapus dari memori. Namun, sejatinya, bukan melupakan kenangan yang menjadi masalahnya. Tapi menerima. Barang siapa menerima, maka dia bisa melupakan. Tapi, jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan bisa melupakan.


So, tunggu apalagi segera baca buku nya sekarang. Dijamin, ga bakalan nyesel. Harga normalnya  Rp. 68.000. Kemarin sih dapat diskon, harganya jadi 50.000, hehehe….

Kamis, 04 Februari 2016

Terima kasih sudah mengantar
      Hilyah melirik jam yang dipakai di pergelangan tangan kirinya. Matanya seketika membulat melihat deretan angka yang bermunculan di layar jam digitalnya. “18.30” lirih hilyah sambil menghela nafas. Tali sepatu  Hilyah sudah membentuk pita yang sempurna. Ia pun bergegas untuk segera pulang. Biasanya sebelum magrib dia sudah duduk manis di kursi sambil menonton televisi. Berbeda dengan hari ini. Dia baru saja keluar dari mushola setelah selesai mengerjakan shalat magrib di sekolah karena baru saja menyelesaikan latihan dasar kepemipinan pengurus OSIS baru.
“Yaaaayyy…Hilyaaah” suara Abdul terdengar sangat jelas memanggil Hilyah.
“Ga usah teriak-teriak, jarak kita cuman 5 langkah tau” jawab Hilyah sambil teriak-teriak menghampiri Abdul.
“Sendirinya juga teriak. Ah udah ah. Maaf ya ibu bendahara OSIS” ucap Abdul sambil tersenyum.
“Kamu teriak-teriak histeris manggil aku mau apa, my fans?” Tanya Hilyah pada ketua OSIS yang baru terpilih itu.
“Tambahin 1000 dong” Abdul tersenyum sangat manis untuk mendapatkan uang 1000. Sudah tak aneh lagi bagi Abdul untuk bersikap seperti itu pada Hilyah. Mereka sudah  hampir dua tahun sekelas dan lumayan akrab
“Iiiiiiiihhhh, ga mau ah” Hilyah memanyunkan bibirnya.
“Ga usah manyun-manyun gitu deh. 1000 doang yay. Ya ya ya?” Abdul kembali membujuk Hilyah.
“Ga ada 1000, pak ketua OSIS. Adanya 5000. Aku mah gitu orang nya baik banget” Hilyah menyodorkan uang kertas senilai 5000. Ah, entahlah Hilyah selalu iba pada abdul. Ia tak akan tega menelantarkan Abdul yang jajan donat, dengan  uangnya yang  kurang 1000. Selalu saja begitu.
     Abdul pun kegirangangan menerima uang tersebut, dan langsung memberikannya pada abang tukang donat. Dengan cekatan, abang tukang donat tersebut memberikan kembaliannya sebesar 4000. Dengan cepat pula, Abdul menyambar uang kembalian tersebut sambil tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Abang tukang donat tersenyum lebar. Entah karena dia kegirangan donatnya di beli Abdul di waktu magrib seperti ini atau juga karena melihat kelakuan Abdul yang tak karuan. Ah, entahlah. Abdul memang selalu bisa membuat orang tersenyum dengan segala keanehan yang dimilikinya. Ya, dia Abdul sang ketua OSIS yang baru terpilih
       Sebelum uang 4000 itu melayang ke dompet Abdul, dengan cekatan tangan Hilyah mengambil uang tersebut dari tangan Abdul. Kini, uang itu sudah beralih tangan. Sebelum melihat wajah abdul yang telah berubah, Hilyah berlari membawa uang tersebut sambil berteriak. “dadah abdul, aku pulang duluan. Udah telat pulang ini. Nanti dimarahin ayah sama ibu”.
“Katanya kamu baik banget. Sampe-sampe ngasih 5000, padahal aku cuman minta 1000. Ah, baik banget apanya? Uang 4000 nya diembat juga. Ah hilyaaah” teriak Abdul pada Hilyah yang sudah melangkah menjauh dari padangan Abdul. Menyadari teriakannya yang tak digubris Hilyah, Abdul pun bergegas pergi meninggalkan mushola sekolahnya, termasuk meninggalkan tukang donat yang masih betah aja nongkrong di halaman mushola. Padahal anak-anak sudah banyak yang pulang dari tadi. Mungkin abang tukang donat sedang bernostalgia dengan masa-masa sekolahnya dengan menikmati suasana sekolah ini di malam hari. Ah entahlah. Dengan rasa lelah yang ia rasakan setelah mengikuti latihan dasar kepemimpinan yang diberikan kepada pengurus OSIS baru, Abdul sudah ingin meninggalkan sekolah sedari acara pelatihan tersebut selesai. Bahkan sebelum pelatihan selesai pun, ia mungkin telah meninggalkan sekolah jika ia berhasil kabur dari acara tersebut. Tapi niat nya urung dengan melihat Hilyah yang terus melototi dirinya. Walaupun ia tahu, seberapa kuat Hilyah mencoba agar matanya terlihat besar, tetap saja, mata Hilyah yang berukuran minimalis itu tak mungkin menjadi mata belo sebesar mata yang dimiliki para karakter anime. Apalagi, jika Hilyah tersenyum dan tertawa, mata Hilyah cuman tingal segaris. Ah, tetap saja ia akan menuruti kemauan Hilyah. Entahlah.
“Yaaay, tunggu.” Teriak Abdul sambil berlari mengejar Hilyah
Hilyah menoleh dengan ekspresi yang mneyiratkan pertanyaan “mau apa lagi sih Abdul? Udah dikasih uang 1000 juga. Kurang? Ga akan aku kasih kali, ini buat ongkos pulang”
“Apa? Uang yang 4000 ga akan aku kasih. Dari awal juga ga ada perjanjian kalau uang yang 5000 itu semuanya buat kamu. Ga ada kan?” sewot Hilyah mendengar teriakan Abdul yang memanggilnya.
“Siapa juga yang mau mengungkit masalah uang tadi” bela Abdul
“Terus mau apa?” Tanya Hilyah
Abdul menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil cengengesan tak jelas. Hilyah yang melihatnya tak berkata apa-apa. Hanya aneh saja dengan sikap abdul.
“Udah malam, mau aku anterin pulang ga?” kata abdul sambil tersenyum
“Engga ah” jawab Hilyah pendek
“Eh, udah malam lho ini. Kamu ga apa-apa jalan sendirian?” Abdul tak menyerah akan tawarannya
“Engga ah, biasanya juga sendiri. Udah ah, aku mau pulang” Hilyah menjawab seadanya
“Ya udah aku anterin ya? Mau pake motor ga?” Tanya Abdul
“Engga ah” jawab Hilyah singkat.
“Ya udah yu, jalan aja. Aku anterin sampai gerbang perumahan” jelas Abdul sambil melangkahkan kakinya.
      Sejenak hilyah terdiam, mengerutkan dahinya. Ah sudahlah. Dia kembali melangkahkan kakinya. Padahal Hilyah sudah jelas-jelas berkata tidak, tapi tetap saja langkah abdul beriringan dengan langkah kaki Hilyah. Sekolah mereka berdua memang terletak di pertengahan perumahan, dan tak ada alat transportasi yang dapat diakses untuk menuju kesana. Alternatifnya adalah dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan pribadi. Dan hilyah memilih untuk berjalan kaki dengan alasan untuk kesehatan. Padahal alasan sebenarnya, dia tak bisa menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda atau motor. Berbeda dengan abdul yang sudah lihai mengunakan sepeda motor, dan memutuskan untuk menggunakannya. Walaupun tanpa berbekal SIM, Abdul tetap nekad menggunakannya.
     Mereka sudah keluar dari gerbang sekolah, menuju gerbang perumahan.
“Abduuuul” teriak kak rasyid, anak kelas 12-4 yang bersahabat baik dengan Abdul entah sejak kapan
“Heeeyy bang” Abdul menyambut dengan hangat.
Aku hanya  tersenyum pada kak Rasyid saat dia menyapaku. Tak hanya bertegur sapa, mereka juga mengobrol entah tentang hal  apa. Aku tak mengerti. Aku bagaikan seonggok daging tak bernilai diantara dua makhluk herbivor ini. Aku diabaikan. Mereka dengan asyiknya ngalor ngidul mengobrolkan sesuatu. Dan akhirnya obrolan  itu berakhir karena kak Rasyid harus menemui temannya yang tinggal di sekitar perumahan dekat sekolah untuk mengerjakan tugas kelompok. Hilyah dan Abdul kembali melangkahkan kaki. Hening sejenak mewarnai langkah kaki mereka. Hingga akhirnya Hilyah mulai berbicara.
“Ko bisa sih, beli donat dengan uang yang kurang 1000? Kenapa juga harus beli donat?” Tanya Hilyah sambil terus berjalan.
“Harus banget bahas ini? Aku tadi laper banget yay. Kalau aku ga beli donat di si abang itu, entahlah. Mungkin, Kamu akan menemukan badan ku tergeletak di halaman mushola” jawab abdul santai
“Jadi kamu kelaparan? Kasihan…” Hilyah memperlihatkan ekspresi simpatinya.
“cieeee…. abdul sama siapa? Cieeee.. Oh iniii toh” tiba-tiba terdengar suara dari arah depan mereka.  Tiga orang perempuan yang tak lain adalah teman sekelasnya kak Rasyid yang juga akrab dengan abdul. Ah, entahlah sepopuler itukah Abdul. Anak kelas 12 saja mengenalnya. Ya, walaupun harus diakui, Abdul memang lebih populer dibandingkan Hilyah. Jika kepopuleran Hilyah masih di tingkat regional, maka kepopuleran Abdul sudah ada di tingkat nasional. Hilyah dan Abdul mencoba untuk tetap mengendalikan diri. Mereka berusaha setenang mungkin seteleh kata “cie” terucap dari mulut ketiga perempuan itu. Mereka bersikap seolah tak mendengar kata cie itu. Hilyah yang tak mengenal ketiga perempuan itu, hanya bisa tersenyum pada mereka dan  berusaha bersikap biasa saja sebagai tanggapan dari ucapan kakak kelasnya itu. Entahlah, yang ada di pikiran Hilyah dan Abdul saat itu adalah bagaimana mengendalikan diri agar terlihat tenang. Tak terpancing oleh kata “cie” yang diucapkan kakak kelas mereka. Jika saja mereka terpancing oleh kata cie tersebut, dan mereka bersikap mengelak, itu hanya akan membuat mereka terpojok dan mungkin juga akan berlanjut di sekolah besok. Jadi, mereka memilih untuk bersikap seolah tak ada apa-apa.
“Eh, kak. Mau kemana? Nyusul bang Rasyid ya?” Tanya abdul mencoba mengalihkan pembicaraan
“Iya nih, duluan yaa. Baik-baik yaa kalian” Ketiga perempuan itu pergi dengan santainya
“Cie, cie.. Cie apanya?Apaan sih cie cie” ucap Hilyah kesal dalam hati.
“Udah nyampe nih. Udah ya, sampai sini?Naik angkot kan? Bisa nyebrang kan? Udah nyebrang sana” ucap Adul dengan ramah
“Iya, naik angkot. Kamu ga pulang? Kan rumah kita searah?” Tanya hilyah kebingungan
“Pulanglah, kamu kira aku rela meninggalkan kasur empuk di rumah dan tidur di sekolah? Engga kan? Aku balik dulu ke sekolah ngambil motor. Kan tadi motornya ditinggal disana” jawab Abdul sambil melihat Hilyah yang masih kebingungan.
Hilyah menggaruk kepalanya yang tak gatal, tak berkata apa-apa. Ia masih mencerna kata-kata Abdul yang menyebutkan motornya ditinggal di parkiran sekolah.
“Udah sana, cepet pulang. Hati-hati nyebrangnya.” ucap abdul sambil meneggerakkan tangannya.
Hilyah pun menuruti perkataan abdul, melangkahkan kaki melewati gerbang perumahan. Hilyah membalikkan badannya 180 derajat, dan Abdul masih ada di hadapannya. Abdul pun melambaikan tangannya pada Hilyah. Hilyah membalas dengan melambaikan tangan sambil tersenyum pada Abdul. Hilyah masih belum beranjak. Abdul membalikan badannya dan berlari  menuju sekolah untuk mengambil motor di parkiran. Hanya punggung abdul yang terlihat dan  semakin lama semakin menghilang. Dan Hilyah akhirnya sadar kalau Abdul selalu menggunakan motor ke sekolah, begitupun dengan hari ini. Walaupun rumah mereka searah, tapi mereka tak pernah pergi atau pulang sekolah bareng. Hilyah selalu memilih untuk naik angkot. sedangkan abdul selalu memilih untuk menggunakan motornya. Dan abdul juga telah menawarkan diri untuk mengantarkan dirinya dengan motor. Tapi Hilyah yang tak mau, dan akhirnya mereka berjalan bersama sampai gerbang perumahan.
“Terima kasih sudah mengantarkan sampai gerbang ini. Terima kasih Abdul.” ucap  Hilyah dalam hati  sambil tersenyum.



Selasa, 15 Desember 2015

Lupa pin atm

   

     Bagi kamu yang aktif menggunakan kartu atm, tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah “pin atm”.  Hahaha. Tentu saja hal ini sangat penting.  Ya kalee kamu punya kartu atm tanpa pin. Gimana cara menggunakan atm nya? Padahal tau sendiri dong, pas masukin kartu atm ke mesinnya, kamu akan diminta untuk memasukkan pin atm kamu. Setelah memasukan pin atm dengan benar, kamu bisa bertransaksi dengan bebas. Kamu bisa cek saldo, transfer atau juga tarik tunai.
      Pin atm ini terdiri dari deretan angka yang telah kita masukkan pada saat membuat kartu atm di bank.  Kamu bebas menggunakan angka berapa pun untuk pin atm kamu, yang penting angka tersebut mudah untuk diingat. Hanya ketentuan jumlah digit saja yang ditentukan oleh pihak bank. Misalnya, pin atm harus terdiri dari 4 digit angka, atau 6 digit angka. Hal ini sudah diatur oleh pihak bank.
     Tentunya kamu sudah hafal dong dengan pin atm kamu? Apalagi kalau kamu sering bertransaksi dengan kartu atm, uuuuh udah hafal banget kayanya. Tapi, lain halnya dengan orang yang gak terlalu aktif menggunakan kartu atm, dia juga akan tidak terlalu ingat dengan pin atmnya. Kenapa? Karena, pada dasarnya kita mengingat angka atau sesuatu karena kita sering menggunakannya, mengucapkannya. Jadi, wajar kalau kamu yang aktif pake atm, kamu udah hafal banget sama pin atm kamu. Dan wajar juga bagi kamu yang ga terlalu aktif pake atm jadi lupa-lupa ingat gitu sama pin atm mu.
 Nah, kalau kamu lupa-lupa ingat sama pin atm kamu yang sangat berharga itu, ada beberapa langkah yang bisa jadi solusi atas masalah tersebut

1.     Ingat-ingat berapa pin mu. siapa tahu dengan mencoba mengingatnya, kamu jadi ingat beneran. Kalau itu berhasil, selamat deh hidup mu. kamu ga perlu ribet ngelakuin hal yang lainnya.



2.    Untuk membuktikan apakah pin atm yang sudah kamu ingat-ingat itu valid atau ngga, caranya adalah dengan bereksperimen.


Langkahkan kaki mu ke mesin atm, masukan kartu atm, dan masukkan pin atm yang kamu ingat sebagai pin atm mu. kalau berhasil, berarti perkara selesai. Kamu bisa bertransaksi dengan normal kembali.  Dan ingatlah untuk jangan melupakan pin atm mu. untuk jaga-jaga, kamu bisa menuliskan pin atm di buku rahasiamu atau dimanapun yang menurut kamu aman. Tapi, kalau ga berhasil itu artinya pin atm yang kamu masukkan  “salah”. Itu artinya, kamu harus berjuang lebih keras lagi agar kartu atm mu bisa digunakan kembali

3.    Cara yang paling ampuh ketika kamu lupa pin atm adalah “pergi ke bank”.



Yoi meeen. Kartu atm itu bikinan bank. So, pasti bank tahu gimana cara nya agar kartu atm kamu bisa normal kembali alias bisa digunakan kembali.
Simpel aja, kamu tinggal pergi ke bank terdekat. Voilllaaa, kamu tinggal ikutin prosedur dari bank nya deh. Ya, standar aja sih, paling nanti dikasih nomor antrian, terus kamu ngantri deh. Jika sudah waktunya, kamu bakal dipanggil sama costumer service, dan dia juga yang bakal ngasih tau kamu harus gimana. ya, paling kamu disuruh menyiapkan beberapa digit angka untuk pin baru mu. pakaialah angka yang mudah diingat ya, kawan. Supaya  kamu ga lupa lagi.  Tadaaaaaaa, kartu atm kamu bisa digunakan selayaknya kartu atm. Tentunya dengan pin baru yang mudah-mudahan kamu ga lupa lagi yaaa.





Tamparan keras
Lelah . Memang lelah. Rasanya ingin ku teriakkan pada dunia bahwa aku merasakan lelah yang teramat sangat. Rasanya ingin ku tuliskan dalam semua status pada semua akun sosmed yang ku punya. Agar orang lain tau, aku sedang merasakan kelelahan ini. Rasanya ingin ku ucapkan kata “lelah” dalam setiap perkataan dan obrolan dengan orang lain. Bahkan saat ku sendiri, rasanya ingin sekali untuk mengucapkan lelah sambil bersandar pada tembok di sudut ruangan. Hanya tembok yang dapat dijadikan sandaran yang terlihat nyata, dan jelas di depan mata. Ah, sudahlah. Abaikan bahasan sandaran ini. Aku sedang tidak ingin membahasnya. Lain kali saja akan ku ceritakan secara khusus tentang sandaran itu.
     Ok, kembali lagi kepada rasa yang sedang menghantui ku saat ini, yaitu lelah. Entahlah, akhir-akhir ini, beberapa kegiatan akademik dan non akademik telah menyita waktu ku, menguras pikiran dan tenaga ku, serta mengikis isi dompet ku. Semoga hal ini tidak lah mengganggu kedekatanku dengan –Nya. Ya, memang terkadang kondisi seperti ini dapat membuat kita lebih dekat dengan-Nya. Karena kita sangat merasakan tidak ada lagi yang dapat membantu dan kita andalkan selain Dia. Namun, terkadang hal ini bisa juga berlawanan. Akibat terlalu pusing menghadapi kondisi yang serba tak mengenakkan, kualitas kedekatan dengan-Nya pun ikut terganggu.
      Rasanya badan ini remuk saat menjalani setumpuk aktivitas. Tapi, jika direnungkan dan dipikirkan kembali, sebenarnya aktivitas yang ku jalani tidaklah terlalu banyak. Aku masih bisa membuka semua akun sosmed ku seperti biasanya. haaah baru seperti ini saja sudah merasa orang paling lelah sedunia. Padahal, ini belum ada setengahnya, bahkan seperempatnya dari perjuangan orang-orang di luar sana. Dan aku disini, hanya bisa mengeluh dan mengeluh. Ooooohh God. Maafkan aku ya Allah. Aku terlalu terbawa perasaan. Dikiranya cuman aku aja yang sibuk. Dikiranya cuman aku aja yang lelah. Dikiranya cuman aku aja yang ada dalam kondisi kurang baik. Aah, aku terlalu berlebihan, jika beranggapan seperti ini.
     Hellllooooow, di dunia ini bukan cuman kamu yang sibuk. Bukan cuman kamu yang lelah. Open your eyes, sist. Buka mata mu, buka jendela kamar mu, lihatlah di luaran sana. Bahkan banyak orang yang lebih sibuk dari mu. Dan, mereka tidak banyak mengeluh. Bahkan mereka menikmati semua aktivitasnya.
      Ayolaaah, coba berdamai dengan keadaan yang ada. Toh, bagaimanapun kondisi mu, mentari akan tetap terbit dengan indahnya. Kamu bahagia, kamu lelah, kamu frustasi, kamu sedih, itu semua tak akan mengubah agar mentari tak terbit. Tetap saja, mentari akan terbit seperti biasanya. waktu akan terus bergulir. Dan, jika kamu hanya menuruti ego mu saja, tidak akan ada perubahan. So, jalani semuanya dengan ikhlas.
      Ingatlah, perjuangan mu, kelelahan mu tak ada apa-apanya dibandingkan dengan orang-orang di luaran sana.
 Kamu setres, karena menghadapi ujian atau tugas yang menumpuk? Ini tak ada apa-apanya dibandingkan perjuangan nabi Muhammad SAW yang dengan sabarnya menghadapi orang-orang yang tidak mempercayainya dan tidak ingin mempercayainya.
Kamu frustasi akibat ditinggal pacar, atau masalah percintaan lainnya.
Hal ini tak sebanding dengan keikhlasan Nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah-Nya untuk menyembelih putranya, Isma’il.
      Coba renungkan sejenak. ujian yang kamu hadapi saat ini, dibandingkan dengan yang dihadapi para Nabi, hal ini tak ada apa-apanya. So, kamu tak perlu mempersulit keadaan dengan merasa kamu lah yang paling tertekan, paling merana akibat masalah yang kamu hadapi. Iya, kamu tentu berbeda dengan para Nabi. Levelnya juga beda. So, ujiannya pun berbeda. Dan, kamu tahu? Ujian ini telah disesuaikan dengan kemampuan mu. Artinya, kamu pasti akan mampu melewatinya. Allah tidak memberikan ujian  seperti ujian-ujian yang dialami oleh para Nabi, ya karena Allah tahu, itu terlau berat untuk mu. And then, Allah memberikan ujian lain yang sudah disesuaikan dengan kemampuanmu. Ya, ujian atau masalah yang kamu hadapi saat ini.
Percayalah, semuanya akan berlalu, dan kamu pasti dapat melewatinya…..
Lelah memang. Tapi, jadikan lelah mu ini sebagai pengingat bahwa Allah selalu bersamamu, saat kamu sudah tak tahu lagi harus bersandar kemana, harus pergi kea arah mana. So, nikmati saja sob. Hidup ini terlalu indah untuk hanya sekedar mengeluh atas keadaan yang ada.

      Fuiiiiiihhh, rambutku terguncang oleh hembuhan nafas yang ku hembuskan dari mulutku. Hmm, rasanya seperti menerima tamparan keras saat membaca petuah-petuah yang tertulis indah pada secarik kertas putih polos tersebut. Kertas putih polos tersebut aku lipat dengan rapi dan ku selipkan diantara lembaran-lembaran cerita hidupku. Petuah dari seseorang yang jauh disana yang telah rela berbagi pundaknya secara tidak langsung dengan ku. Terima kasih, kawan...